Friday, February 10, 2012

BELAJAR MENGAJAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA


I.     PENDAHULUAN
Dalam hidup manusia, pasti akan selalu terjadi sesuatu dalam perkembangnya. Setiap manusia akan selalu mengalami, menikmati, dan merasakan setiap hal yang memang sudah menjadi garis nasibnya. Adakalanya baik dan menyenangkan, namun tidak jarang akan menemui sesuatu yang tidak mengenakkan.[1]
Dalam proses perkembangannya tersebut, manusia pasti tidak akan pernah terlepas dari masalah psikiologis yang mendera hidupnya. Dalam masa perkembangan tersebut, setiap manusia akan selalu mengalami sesuatu secara psikiologis yang hanya dia sendiri yang merasakannya. Itulah pengalaman pribadi dan juga bisa menjadi masalah pribadi bila hal itu tidak mengenakan.
Di dalam makalah ini, akan dijelaskan masalah belajar mengajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya yang dimana masalah tersebut sudah menjadi hal wajar ketika orang memiliki masalah dalam pembelajaran.

II.     RUMUSAN MASALAH
1.    Pengertian Belajar
2.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
3.    Pengertian Mengajar
4.    Prinsip-Prinsip Mengajar
5.    Media Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar









III.     PEMBAHASAN
Pengertian belajar yang diberikan oleh beberapa ahli pendidikan:
Dr. Musthofa Fahmi
Innatta’alluma ‘ibarotun ‘an ‘amaliyati taghoyurin au ta’adiilin fissuluuki awil khibroh.
(sesungguhnya belajar adalah ungkapan yang menunjuk aktifitas yang menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku atau pengalaman).[2]
Harorld Spears
Learning is to observe,  to read to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.
(belajar adalah mengamati, membaca, meniru membaca sendiri tentang sesuatu, mendengarkan, mengiktui petunjuk).[3]
Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan belajar, sepereti misalnya agar seseorang anak mahir dalam matematika maka ia harus banyak dilatih mengerjakan soal-soal latiahan. Menurut James O. whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.[4]
Dengan demikian perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar.
Setiap situasi diamanapun dan kapan saja memberi kesempatan belajar kepada seseorang. Situasi ini ikut menentukan set belajar yang dipilih. Berikut ini dikemukakan beberapa contoh aktifitas belajar.[5]
a.     Mendengarkan
Dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ada ceramah atau kuliah dari guru atau dosen. Tugas pelajar atau mahasiswa adalah mendengarkan. Tidak setiap orang dapat memanfaatkan situasi ini untuk belajar, bahkan para pelajar atau mahasiswa yang diam mendengarkan ceramah itu mesti belajar. Apabila hal mendengarkan mereka tidak didorong oleh kebutuhan, motivasi, dan tujuan tertentu, maka sia-sialah pekerjaan mereka.
b.    Memandang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat kita pandang, akan tetapi tidak semua pandangan atau penglihatan kita termasuk adalah belajar. Meskipun pandangan kita tertuju kepada semua objek visual, apabila dalam diri kita tidak terdapat kebutuhan, motivasi serta set tertentu untuk mencapai suatu tujuan, maka pandangan yang demikian tidak termasuk belajar. Alam sekitar kita termasuk juga sekolah dengan segenap kesibukannya, merupakan objek-objek yang memberi kesempatan untuk belajar, apabila kita memandang segala sesuatu dengan set tertentu untuk mencapai tujuan yang mengakibatkan perkembangan dari kita, maka dalam hal demikian itu sudah termasuk belajar.
c.     Meraba, membau, dan mencicipi atau mengecap
Meraba, membau, dan mengecap adalah aktivitas sensoris seperti halnya pada mendengarkan dan memandang. Segenap stimuli yang dapat diraba dicium, dan segenap merupakan situasi yang memberi kesempatan bagi seseorang untuk belajar.
d.    Menulis atau mencatat
Material atau objek yang ingin kita pelajari lebih lanjut harus memberi kemungkinan untuk dipraktekkan, beberapa material diantaranya terdapat di dalam buku-buku, di kelas, ataupun dibuat catatan kita sendiri, dan kita dapat membawa isi buku catatan dalam kesempatan. Dari sumber manapun kita dapat fotokopi pelajaran.
e.     Membaca
Seringkali ada orang yang membaca buku pelajaran sambil berbaring santai di tempat tidurnya hanya dengan maksud agar dia bisa tidur, membaca seperti ini adalah bukan aktivitas belajar, ada pula orang yang membaca sambil berbaring dengan tujuan belajar, menurut ilmu jiwa, membaca yang demikian belum dapat dikatakan sebagai belajar. Belajar aktif adalah dilakukan di meja belajar daripada di tempat tidur.
f.     Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi
Untuk keperluan belajar yang intensif, bagaimanapun juga hanya membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara membaca, pada hal-hal yang penting kita beri garis bawah (underlaining). Hal ini sangt membantu kita dalam usaha menemukan kembali materi itu di kemudian hari.
g.    Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan
Materi non-verbal semacam ini sangat berguna bagi kita dalam mempelajari materi yang relevan itu. Demikian pula gambar-gambar, peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu pemahaman kita tentang susuatu hal.
h.    Menyusun paper atau kertas kerja
Mengambil materi yang diatur dengan membentuk sajian yang sistematis dan lengkap, dengan bahas yang bagus karena dibuat oleh para ahli, maka mereka memperoleh angka lulus. Dalam membuat paper ini, pertama yang perlu mendapat perhatian ialah rumusan topik paper itu, paper yang baik memerlukan perencanaan yang masak dengan terlebih dahulu mengumpulkan ide-ide yang menunjang serta penyediaan sumber-sumber yang relevan
i.      Mengingat
Mengingat dengan maksud agar ingat tentang sesuatu belum termasuk sebagai aktivitas belajar. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi jika mengingat itu berhubungan dengan aktivitas-aktivitas belajar lainnya.
j.      Berpikir
Dengan berpikir, orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.
k.    Latihan atau praktek
Dalam kegiatan berltih atau praktek, segenap tindakan subjek terjadi intregatif dan terarah ke suatu tujuan, hasilnya sendiri berupa pengalaman yang dapat mengubah diri subjek serta mengubah lingkungannya.

Prestasi belajar yang dicapai seorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.[6] Dan diantaranya:
Faktor internal, meliputi:
a.    Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya
b.    Faktor psikiologis baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas:
a)    Faktor intelektif yang meliputi:
1.    Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
2.    Faktor kecapakan nyata yaitu prestasi yang pernah dimiliki
b)   Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri
Faktor kematangan fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal, yaitu:
a)    Faktor sosial yang terdiri atas:
1)   Lingkungan keluarga
2)   Lingkungan sekolah
3)   Lingkungan masyarakat
4)   Lingkungan kelompok
b)   Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian
c)    Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim
d)   Faktor lingkungan spiritual atau keamanan

3.    Pengertian Mengajar
Menurut Dr. Harold Benyamin
“teaching is the process of arranging conditions under which the learning changes his ways consciously in the direction of his own goals”
(mengajar ialah sesuatu proses pengaturan-pengaturan kondisi-kondisi dengan mana pelajar merubah tingkah lakunya dengan sadar kearah tujuan-tujuan sendiri)


Menurut Prof. Drs. S. Nasution, MA
Mengajar ada yang bersifat teacher centered dan ada yang pupil centered, tipe pertma, mengajar adalah menanamakan pengetahuan pada anak. Sedang tipe kedua guru sebagai penglola yang aktif adalah siswanya sendiri.
Namun, mengajar menurut faham lama adalah guru senantiasa aktif menyampaikan dan memompakan informsi atau fakta-fakta agar diskuasi siswa, siswanya sendiri pasif. Menurut faham baru mengajar adalah guru sebagai pengelola, pengatur, peracik lingkungan berupa tujuan, materi, metode, dan alat dengan siswa harus aktif.

4.    Prinsip-Prinsip Mengajar
Pada prinsipnya guru harus memiliki tiga komponen, diantaranya:[7]
a)                                                    Kompetensi kepribadian
Faktor penting bagi guru adalah kepribadiannya, kepribadiannya itu yang akan menentukan, apakah ia akan menjadi pembimbing dan Pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur.
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat: kepribadian yang sesungguhnya ialah abstrak (ma’nawi) sukar dilihat atau diketahui secara nyata yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan, misalnya dalam tindakannya, ucapan, cara bergaul, berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalaan atau masala, baik yang ringan ataupun yang berat
b)                                                    Kompetensi penugasan atas bahan
Seorang guru harus mengetahui dengan baik materi yang akan diajarkan, baik pemahaman detailnya maupun aplikasinya. Hal ini sangat diperlukan dalam menguraikan ilmu pengetahuan, pemahaman, ketrampilan-ketrampilan dan apa saja harus disampaikan kepada anak didiknya dalam bentuk komponen-komponen atau informasi-informasi yang sesungguhnya dalam bidang ilmu yang bersangkutan
Kekuranganmampuan memahami bahan yang diajarkan akan berakibat tidak mampu membimbing anak dan member fakta-fakta dan informasi-informasi serta kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan.


c)                                                    Kompetensi dalam cara-cara mengajar
Guru sangat dituntut terampil dalam mengajar, yang secara global meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Ia harus mampu menyusun setiap progam, mulai dari memilih alat perlengkapan yang cocok, pembagian waktu yang tepat, metode mengajar yang sesuai, sehingga kesuluruhan kegiatan tersusun dengan baik.
Selanjutnya guru harus mampu mengetahui sampai seberapa jauh kemampuan siswanya, kelebihan dan kelemahannya, langkah-langkah yang ditempuh. Evaluasi ini senantiasa didasarkan kepada tujuan yang telah ditetapkan dan bila ternyata kurang berhasil, maka harus segera dicari factor-faktor penyebab baik dari pihak siswa maupun dari pihak guru yang seterusnya mencari dan memilih alternative pemecahan sepanjang yang memungkinkan dilaksanakan.

5.    Media Dan Kegiatan Belajar-Mengajar
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.[8]
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
Seorang guru dituntut untuk dapat menggunakan peralatan yang lebih ekonomis, efesien, dan mampu dimiliki oleh sekolah serta tidak menolak digunakannya peralatan teknologi modern yang relevan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman.
Permasalahan pokok dan cukup mendasar adalah kesiapan guru-guru dalam menguasai penggunaan media pendidikan dan pengajaran disekolah untuk pembelajaran siswa secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.
Agar seorang guru dalam menggunakan media pendidikan yang efektif, setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan atau pengajaran. Pengetahuan tersebut menurut Oemar Hamalik (1985:16), diantaranya:[9]
1.    Media sebagai alat komunikasi guru lebih mengefektifkan proses belajar mengajar
2.    Media berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
3.    Penggunaan media dalam proses belajar mengajar
4.    Hubungan antara metode mengajar dengan media pendidikan
5.    Nilai dan manfaat media pendidikan
6.    Memilih dan menggunakan media pendidikan
7.    Mengetahui berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan
8.    Mengetahui penggunaan media pendidikan dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan
9.    Melakukan usaha-usaha inovasi dalam media pendidikan

IV.            KESIMPULAN
Pengertian belajar menurut, Dr. Musthofa Fahmi adalah Innatta’alluma ‘ibarotun ‘an ‘amaliyati taghoyurin au ta’adiilin fissuluuki awil khibroh.
(sesungguhnya belajar adalah ungkapan yang menunjuk aktifitas yang menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku atau pengalaman). Sedangkan Harorld Spears yaitu Learning is to observe,  to read to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. (belajar adalah mengamati, membaca, meniru membaca sendiri tentang sesuatu, mendengarkan, mengiktui petunjuk).
Pengertian mengajar menurut Dr. Harold Benyamin “teching is the process of arranging conditions under which the learning changes his ways consciously in the diretion of his own goals” (mengajar ialah sesuatu proses pengaturan-pengaturan kondisi-kondisi dengan mana pelajar merubah tingkah lakunya dengan sadar kea rah tujuan-tujuan sendiri), Menurut Prof. Drs. S. Nasution, MA yaitu Mengajar ada yang bersifat teacher centered dan ada yang pupil centered, tipe pertma, mengajar adalah menanamakan pengetahuan pada anak. Sedang tipe kedua guru sebagai penglola yang aktif adalah siswanya sendiri.
Seorang guru dituntut untuk dapat menggunakan peralatan yang lebih ekonomis, efesien, dan mampu dimiliki oleh sekolah serta tidak menolak digunakannya peralatan teknologi modern yang relevan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman.

V.     PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya paparkan. Saya yakin dalam penulisan makalah ini masih ada banyak kesalahan-kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan. Semoga dapat memberikan manfaat pada kita semua. Amin.


DAFTAR PUSTAKA

Asnawir, Prof. Dr. H. dan Usman Basyiruddin, Drs. M. M.Pd, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002
Supriyono  Widodo Drs. Dan Abu Ahmadi  H. Drs,  Psikiologi Belajar, Solo: Rineka Cipta, 2003
Mustaqim, Drs. H. M.Pd, DIKTAT Psikiologi Pendidikan, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007
Derek Wood dkk, Kiat Mengatasi Gangguan Belajar, Jogjakarta: KATAHATI, 2007




[1] Derek Wood dkk, Kiat Mengatasi Gangguan Belajar, Jogjakarta: KATAHATI, 2007, hlm. 5
[2] Drs. H. mustaqim, M.Pd, DIKTAT Psikiologi Pendidikan, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007, hlm. 39
[3] Ibid, hlm. 40
[4]Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, Psikiologi Belajar, Solo: Rineka Cipta, 2003, hlm. 126-127
[5] Op. Cit, hlm. 132-137
[6] Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, Psikiologi Belajar, Solo: Rineka Cipta, 2003, hlm. 138

[7] Op. Cit, Drs. H. Mustaqim, M.Ag, hlm, 157
[8] http://gurupkn.wordpress.com/2008/01/17/kegiatan-pembelajaran-dan-pemilihan-media-pembelajaran/

[9] Prof. Dr. H. Asnawir dan Drs. M. Basyiruddin Usman, M.Pd, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, hlm. 18

No comments:

Post a Comment