1. PENDAHULUAN
Setelah Khilafah Abbasiyyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastik. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu. Namun, kemalangan tidak sampai disitu, Timur Lenk menghancurkan pusat-pusat kekuasaan Islam yang lain.
India secara geografis lebih terlihat sebagai anak benua dari pada sebagai sebuah negara.[1] Kondisi fisik ini menyebabkan India terpecah-pecah menjadi sejumlah pemerintahan lokal yang berdaulat. Oleh karena itu menjelang invasi muslim, secara politik perpecahan ini menjadi alasan utama terjadinya konflik sepanjang sejarah India, di antara dua kecenderungan sistem pemerintahan, yaitu : sistem sentralistik atau desentralistik.[2] Kondisi semacam ini membuat sebagian besar penguasa muslim gagal membentuk kesatuan politik yang kokoh di sana.
India adalah negeri yang memiliki wilayah yang luas dan terdiri atas banyak bangsa,bahasa,dan agama. Inilah di antara faktor yang menyulitkan pemerintah pusat menyatukan mereka. Kaum muslimin telah menaklukannya dan mendirikan kerajaan di ibu kota Dehli,lalu kekuasaannya meluas. Namun, kemudian terpecah menjadi negeri-negeri kecil yang terpecah- belah dan saling berselisih.
2. RUMUSAN MASALAH
v Dinasti Islam di India sebelum Dinasti Mughal
v Kontribusi Dinasti Mughal Terhadap Islam di India dalam Bidang :
· Politik · Militer · Ekonomi | · Agama · Ilmu Pengetahuan · Seni |
3. PEMBAHASAN
v Dinasti Islam di India Sebelum Dinasti Mughol
Kontak paling awal antara orang-orang Arab dengan masyarakat India sudah dilakukan sejak masa al Khulafā al Rasyidūn, yakni Khalifah Umar bin Khatab. Pasukan perangnya di bawah panglima Abu al Mughira menyerang Sind melalui laut namun gagal. Sedangkan panglimanya yang lain Abdullah bin Amr al Rabbi, berhasil menguasai Kirman, Sizistan, dan Mekran. Pada masa khalifah berikutnya, Usman bin Affan, telah diutus Hakim bin Jabalah untuk meninjau India. Usaha yang sama diteruskan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan mengirimkan al Harris bin Murrah. Inilah awal mula Islam menyebar ke India melalui darat.[3]
Ekspedisi militer baru berhasil masuk wilayah Sind pada masa Khalifah al Walid I (705-715 M) dari Dinasti Umayyah. Ekspedisi ini dipimpin oleh Muhammad Bin Qasim, yang bernama asli Imad al Din Bin Qasim. Ia adalah keponakan sekaligus menantu Hajjaj bin Yusuf.[4] Invasi ke Sind dipicu oleh pembajakan kapal-kapal Arab yang dikirim oleh Raja Jazirah al Yaqut sebagai hadiah untuk Khalifah al Walid di dekat Daibul/Debal (kota Karachi sekarang), di samping sebab-sebab yang muncul baik secara intern maupun ekstern.[5]
Muhammad bin Qasim (711-715 M) dalam waktu singkat telah berhasil membangun pranata sosial di India bagian barat, mengelola negara secara professional, membangun administrasi yang baik, dan menciptakan harmoni antar agama. Ia tidak berusaha melakukan konversi ke agama Islam. Masyarakat setempat dibiarkan memegang kepercayaan lamanya dan menjalankan ritual agamanya, seperti masyarakat di Brahmanabad. Mereka diizinkan membangun kuil-kuil. Meski demikian, Muhammad bin Qasim tetap menerapkan jizyah untuk rakyatnya. Ia membagi struktur wajib jizyah menjadi tiga: Pertama, kelompok masyarakat kaya mempunyai kewajiban membayar jizyah sebanyak 48 dirham. Kedua, kelompok menengah membayar 24 dirham. Ketiga, kelompok kurang mampu membayar jizyah 12 dirham.[6]
Ibnu Qasim menjadi gubernur yang menjalankan pemerintahan dengan kemanusiaan yang tinggi. Namun Riwayatnya berakhir tragis akibat pertikaian politik antara Hajjaj dan Sulaiman.[7] Yazid bin Abu Kabshah al Suksuki, penggantinya hanya bertahan selama 18 hari akibat rakyat memberontak. Sedangkan Habib al Muhallaf hanya dapat menguasai Alor. Setelah itu ada 9 orang gubernur tetap yang berkuasa di wilayah itu sampai datangnya Dinasti Ghazni.[8]
Masa Pemerintahan-Pemerintahan Islam Di India setelah Ibnu Qasim diantaranya yang terkenal adalah:
· Pemerintahan al-Madaniyah di Sindan pada tahun 198 H, pendirinya adalah Fidhl bin Mahan.
· Pemerintahan al-Hibariyah di Sind pada tahun 240 H, pendirinya adalah Umar bin Abdul Aziz al-Hibari.
· Pemerintahan as-Samiyah di Multan pada tahun 279 H, pendirinya adalah Muhammad bin Qasim as-Sami.
· Pemerintahan Islamiyah di Multan pada tahun 375 H, diantara penguasanya yang terkenal adalah Jalm bin Syaiban.
· Pemerintahan al-Ma’daniyah di Makran pada tahun 340 H, pendirinya adalah Isa bin Ma’dan. Seluruhnya telah hancur di tangan orang-orang Ghaznawiyin dan Ghawriyin.[9]
Invasi selanjutnya terjadi tiga abad kemudian dilakukan oleh rezim militer Turki, yang dianggap sebagai penaklukan paling menentukan bagi penyebaran peradaban Islam di India. Penyerangan ini bermula pada tahun 962 M, salah satu Jendral Turki, Alptagin menduduki kota dan benteng-benteng penting di Ghazna (sekarang terkenal dengan Afghanistan). Dia meninggal beberapa tahun kemudian, dilanjutkan seorang Jendral Turki yang lain bernama Sabuktagin, yang berhasil menguasai Ghazna pada 977 M.[10]
Penguasa ketiga setelah Sabuktagin adalah Sultan Mahmud, pendiri Dinasti Ghazni. Mahmud adalah penguasa Dinasti Ghazni yaang pertama kali melakukan ekspansi ke India sebanyak 17 kali, yang semua berhasil dimenangkannya. Hampir setiap tahun sekali Ia menyerbu India hingga menundukan Punjab, Multan dan sebagian wilayah India (1020-1026 M).[11] Ekspansi yang dilakukan Sultan Mahmud lebih terlihat sebagai kepentingan politik semata, daripada menyebarkan Islam secara damai.
Ada dua akibat penting dari ekspansi yang dilakukan Mahmud Ghaznawi ke India. Pertama, meruntuhkan keberadaan Umat Hindu di Punjab hingga Sungai Gangga dari Utara hingga ke Barat. Jika pada awal perkembangannya Muhammad bin Qasim hanya menguasai pinggir kota, tetapi ekspedisi Mahmud masuk hingga ke dalam wilayah India, sehingga membuka jalan bagi invasi muslim selanjutnya dari Dinasti Ghuri hingga Imperium Mughal. [12]
Setelah itu India tunduk kepada pemerintahan al-Ghawriyah pada masa antara tahun 1192-1526 M. Pemerintahan ini bermula ketika jatuhnya Ghaznawiyah oleh salah satu kelompok penguasa pusat Abbasiyyah, Seljuk. Hal ini memberikan kesempatan kepada Jendral Ghaznawi, Muizuddin Muhammad dan Ghiyatsuddin Muhammad (dua bersaudara) untuk tampil menyelamatkan wilayah-wilayah yang telah diwariskan kepadanya. Pada tahun 1192 M, Muizuddin menggunakan budak-budak dari daerah Ghuri untuk melebarkan pengaruhnya dan memasuki kota-kota Delhi dan Ajmar,dan sebab itulah Ia dikenal sebagai panglima para budak, Muhammad Ghuri.[13]
Penaklukan penaklukan yang dilakukan Muhammad Ghuri ke daerah-daerah utara, tidak seperti tuannya, Muhammad Ghazna. Ia menempatkan militer disana (Delhi)sebagai banguna politik. Periode pemerintahan Ghuri dikenal dengan “kesultanan para budak.” Selama pemerintahan ini , tujuh panglima budak (sultan-sultan lokal) memimpin daerah kekuasaannya silih berganti –bahkan tidak jarang untuk bertikai.
Di sana terdapat lima kerajaan besar Islam yang pernah mmemerintah India, pada fase setelah orang-orang Ghawriyah hingga berdirinya kekaisaran Mongolia Agung ( atau pada masa antara tahun 602-932 H/ 1206-1526 M ). Pemerintahan-pemerintahan itu adalah sebagai berikut:
1. Kesultanan Mamluk (602-686 H/ 1206-1287 M)
Kesultanan ini tergolong pemerintahan Islam pertama yang berdiri secara terpisah di India, lalu ikut tergabung kedalam kerajaan Ghaznawiyah dan Ghawriyah. Sultan Mamluk pertama adalah Qutbuddin Aibek[14]. Dia adalah sultan pertama yang membangun Awal Kekuasaan Turki,[15] dengan Dinasti Mamluk. Quwwat al-Islam adalah salah satu masjid yang mengingatkan kita terhadap pemerintahannya, dan Qutub Minar dibangun atas nama guru agamanya, Shekh Quthubuddin Bakhtiar Kaki. Ia hanya mampu memimpin India hanya dalam waktu empat tahun dan meninggal pada tahun 1210 M.
Awal kekuasaan Turki yang di bentuk oleh Quthbuddin Aibek ini, dilanjutkan menantunya Ithumish[16] (1211-1236 M). Dia menyempurnakan Qutub Minar, dengan menambah air mancur yang tingginya mencapai 238 kaki. Dia berjasa melanjutkan perluasan kekuasaan Islam ke sebelah utara (Malwa) dan menyelamatkan negerinya dari serangan Mongol secara diplomatis.[17] Keberaniannya menghadapi invasi Mongol dalam jumlah besar, dilakukan untuk menjaga kondisi India dari perpecahan.[18] Ia sering disebut sebagai pendiri kesultanan Delhi yang sesungguhnya.[19] Sultan Iltutmish mengambil langkah luar biasa dengan menunjuk anak perempuanya, Raziyahuddin sebagai penerusnya.Ia merupakan ratu perempuan pertama dalam sejarah Kesultanan Delhi, akan tetapi kepemimpinnnya tidak mendapat dukungan dari para bangsawan istana yang menyebabkan pemerintahan ini tidak dapat berahan lama.
Setelah Raziyahuddin jatuh, kondisi politik India semakin memburuk, hingga beberapa kepemimpinan silih berganti. Pemimpin terakhir dari dinasti ini adalah Balban. Balban melanjutkan pemerintahan dengan memperkokoh militer dan pemerintahan yang didasarkan pada kultur Persia.[20] Ia membentuk sistem peradilan dan memerintahkan pembangunan administrasi militer yang efektif. Akan tetapi ia tidak melakukan ekspansi, karena selain banyak terjadi pemberontakan di dalam negara, ia lebih memusatkan kekuasaannya ke dalam sistem pemerintahannya saja. Setelah Balban meninggal, ternyata tidak ada penerusnya yang cakap memerintah India.
2. Pemerintahan al-Khalijiyah (689-720 H/ 1290-1320 M)
Pendiri pemerintahan ini adalah Jalaluddin Fairus Syah. Awalnya dia adalah wakil Mamluk. Pemerintahan ini teleh menguasai wilayah Islam yang cukup luas di India meliputi Dekan, Bangladesh, Jaitur, dan Gujarat. Akan tetapi ia terbunuh ketika sedang dalam perjalanan. Dilanjutkan keponakan sekaligus menantunya, Allauddin Khalji (1296-1316). Ia menjadi raja karena dukungan dari para bangsawan. Pada awal pemerintahannya hampir seluruh India dapat ditaklukkan termasuk wilayah Deccan. Allaudin termasuk sebagai salah satu sultan terbesar sepanjang sejarah India.[21]
3. Pemerintahan at-Taglukiyah (720-815 H/ 1320-1412 M)
Pemerintahan ini berdiri di tangan Ghiyatsuddin Taghluk yang berasal dari Turki. Dahulunya dia adalah pemimpin pasukan sehingga diberi julukan “al-Ghazi” karena banyaknya kemenangan yang diperoleh atas Mongolia. Anaknya Muhammad mengalahkannya dan menduduki kekuasaan. Ghiyatsuddin Tughlaq hanya memerintah selama lima tahun. Ia memulai karirnya sebagai seorang budak Turki yang memberontak kemudian naik menjadi gubernur Punjab. Tahun 1320-1325 Maka menunjukkan ia memindahkan ibukota propinsi dari Dekkan kesebuah tempat kira-kira empat mil jauhnya ke timur yang disebut Tughlakabad.[22]
Ghiyatsuddin digantikan anaknya yang bernama Muhammad Tughlaq (1325-1351 M). Ia adalah raja yang cerdas,[23] jendral yang berbakat, dan orang yang pantang menyerah. Ia adalah sultan yang pertama mengangkat warga non muslim dalam tugas kemiliteran, administrasi pemerintahan, dan mengijinkan pembagunan kuil-kuil. Dia menetapkan sistem pajak tetap. Dia menambah pajaks sewa tanah antara Sungai Gangga dan Sungai Jamuna, di beberapa distrik.[24] Ia adalah sultan yang jenius[25] dan paling tinggi tingkat pengetahuannya dari pemimpin Delhi sejak invasi muslim. Pada tahun 1351 M ia meninggal ketika negara dilanda pemberontakan di wilayah Bangla, Gujarat, Sind, dan Deccan.
Mumammad ibn Tughlaq digantikan penerusnya yang bernama Firuz Shah Tughlaq. Ia adalah penguasa yang bermurah hati, halus, teguh hati. Semasa kepemimpinannya ia telah menyatakan kedaulatanya sebagian di Bangla dan Deccan. Dia membangun banyak fasilitas umum bagi rakyatnya, seperti bendungan, irrigasi, tanks, penginapan, masjid, sekolah, rumah sakit, dan jembatan. Firuz Shah juga memberlakukan jizya, bagi orang-orang non muslim. Pada masa pemerintahnnya banyak orang Hindu masuk Islam Akan tetapi kaum Brahmana dibebaskan tidak membayar jizya.[26] Setelah kematian Firuz Shah tahun 1388 M, penggantinya tidak ada yang mampu menggantikan posisinya sehingga Khizr Khan menguasai politik di Delhi pada tahun 1414 M.
Pada akhir kekuasaan mereka, Timurlank memusnahkan negeri India, hingga sampai ke Delhi, lalu dengan cepat ia beranjak meninggalkannya. Ketika ditinggalkanTimurlank, pemerintahan telah berada dalam keadaan rusak dan hancur serta timbul berbagai perselisihan, hingga berdirinya pemerintahan Khadrahaniyah.
4. Pemerintahan as-Sadat (al-Khadrakniyah) (817-47 H/ 1414-143 M)
Merupakan pemerintah yang berumur pendek dan memiliki kekuasaan terbatas, dimana pada fase ini sebagaian besar memisahkan diri. Pemerintahan ini telah dimulai oleh Sultan Sayid Khadra Khan yang menyerbu ke India, dan mengklaim bahwa dirinya adalah wakil dari Timurlank.[27] Ia meninggal pada tahun 1421M. Sebagai penggantinya, Sultan Mubarak Shah, akan tetapi pada tahun 1434 M ia mati terbunuh. Ia digantikan Muhammad Shah, keponakannya. Ia memimpin hampir 12 tahun. Muhammad Shah digantikan oleh anaknya, Allaudin Alam Shah, merupakan raja terakhir dan terlemah dalam dinastinya. Ia secara suka rela menyerahkan tahtanya ke Bahlul Lodi, pendiri Dinasti Lodi.[28]
5. Keluarga al-Luyiddin (855-932 H/ 1451-1526 M)
Keluarga ini berkuasa di Lahore, ketika kondisi di Delhi sedang kacau. Bahlul al-Lodi (pendiri keluarga ini) menyerbu ke sana lalu menguasainya. Ia berusaha memulihkan reputasi muslim di India. Aksinya yang menonjol adalah penakhlukkan Jaunpur. Kemudian kekuasaannya meluas ke selatan dan tengah India. Ia bertahta selama 38 tahun dan meninggal pada tahun 1489 M Masa kekuasaannya relative stabil.
Nizam Khan putera kedua Bahlul Lodi I naik tahta dengan gelar Iskandar Lodi. Ia adalah seorang administrator ulung, dengan melakukan operasi, dan berhasil melawan negara-negara Rajput, kemudian memindahkan ibukota ke Agra. Salah satu generasi penerus dari Timur Lenk, Babur, menyatakan kedaulatan di Wilayah India Utara, dan meletakkan fondasi bagi kekuasaan Turki baru.[29]
Selain
Ø Raja-raja Wilayah yang paling penting adalah sebagai berikut:
1. Kashmir. Penguasa yang paling terkemukanya adalah keluarga Syamsuddin Syah Mirza pada masa antara tahun 744-970 H/ 1343-1562 M. pada tahun 995 H/ 1586 M keluarga Timuriyah menguasainya.
2. Sind. Keluarga penguasa terkemuka adalah Sam Mani kemudian Satmakan, lalu keluarga Syah Beik al-Kandahari. Secara berturut-turut keluarga ini memerintah antara tahun 865-995 H/1460-1586 M.
3. Punjab. Dahulunya mengikuti raja-raja Dehli, kemudian keluarga al-Afghaniatani Raisharah berkuasa hingga tahun 932- H/1526 M, yang kemudian dikuasai oleh Babur Syah at-Timuri.
4. Gujarat(India barat). Diperintah oleh keluarga Muzaffar Syah antara tahun 810-992 H/ 407-1484 M, kemudian dikuasai oleh orang-orang Taimuriyah.
5. Jhunbur (India tengah). Dahulunya mengikuti raja-raja Delhi, hingga keluarga Khwajah Jihan Surur memisahkannya antara tahun 796-881 H/ 1393-1476 M.
6. Bangladesh (India timur). Dahulu merupakan wilayah yang sarat kekacauan dan ketidakstabilan, wilayah ini tunduk kepada banyak keluarga.
7. Dekan (India selatan). Diperintah oleh keluarga Bahnamiyah (730-929 H/ 1329-1522 M), disana telah memerintah banyak keluarga.
v Dinasti Mughol Terhadap Islam di India dalam bidang Politik, Militer, Ekonomi, Agama, Ilmu Pengetahuan dan Seni.
· Sejarah Dinasti Mughal
· Polititk
· Militer
· Ekonomi
· Agama
· Ilmu Pengetahuan
· Seni
Setelah kerajaan Mughal berdiri, raja-raja Hindu di seluruh India menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur. Namun, pasukan Hindu ini dapat di kalahkan Babur. Sementara itu, di Afghanistan masih ada golongan yang setia kepada keluarga Lodi. Mereka mengangkat adik kandung Ibrahim Lodi, Mahmud, menjadi Sultan.tetapi, Sultan Mahmud Lodi dengan mudah di kalahkan Babur dalam pertempuran dekat Gogra tahun 1529 M. pada tahun 1530 M Babur meninggal dunia dalam usia 48 tahun setelahmemerintah selama 30 tahun, dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang cemerlang. Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Hamayun.
Hamayun, putera sulung Babur, dalam melaksanakan pemerintahan banyak menghadapi tantangan. Sepanjang masa kekuasaanya selama Sembilan tahun (1530-1539 M) Negara tidak pernah aman. Ia senantiasa berperang melawan musuh. Di antara tantangan yang muncul adalah pemberontakan Bahadur Syah penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Dehli.
Humayun digantikan oleh anaknya, Akbar, yang berusia 14 tahun. Karena ia masih muda maka urusan kerajaan diserahkan kepada Bairam Khan, seorang Syi’i. pada masa Akbar inilah kerajaan Mughol mencapai masa keemasannya.
Dalam pemerintahan militeristik tersebut, Sultan adalah penguasa dictator, pemerintahan daerah dipegang oleh seorang sipah salar (kepala komandan), sedang sub-distrik dipegang oleh Faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan mengikuti latihan kemilitern.
Akbar juga menerapkan apa yang dinamakan dengan politik sulakhul (toleransi universal). Dengan politik ini, semua rakyat India di pandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.
Kemantapan stabilitas politik karena sistim pemerintahan yang diterapkan Akbar membawa kemajuan dalam bidang-bidang yang lain. Dalam bidang ekonomi, kerajaan Mughal dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan dan perdagangan. Akan tetapi, sumber keuangan Negara lebih banyak bertumpu pada sector pertanian. Di sekyor pertanian ini, komunikasi anyara pemerintah dan petani di atur dengan baik. Pengaturan itu didasarkan atas lahan pertanian. Deh merupakan unit lahan pertanian kecil. Beberapa deh tergabung dalam pargana (desa). Komunitas petani di pimpin oleh seorang mukaddam. Melalui para mukaddam itulah pemerintah berhubungan dengan petani. Kerajaan berhak atas sepertiga dari hasil pertanian di negeri itu. Hasil pertanian Kerajaan Mughal yang terpenting ketika itu adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan celupan.
Bersama dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya seni yang menonojol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia, maupun berbahasa India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya besar berjudul patmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan Akhbar jiwa manusia. Pada masa Aurangzeb, muncul seorang sejarawan bernama Abu Fadl dengan karyanya Nama dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figur pemimpinnya.
Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa Akbar dibangun istana Fatpur Sikri di Sikri, villa dan masjid-masjid yang indah. Pada masa Syeh Jehan dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, Mesjid Raya Delhi dan istana india di Lahore.
Ø Seni lukis
Seni lukis India, Mughal atau Rajput, adalah sama halnya dengan arsitektur India, banyak berhutang budi kepada Islam di dalam seni ini. Ada tiga pusat seni lukis yang besar, Ajanta, Delhi, dan Jaipur. Ajanta menyajikan seni-seni lukis murni Hindu, sedangkan Delhi dan Jaipur menyajikan gaya campuran. Pengaruh-pengaruh Persia dan Asia Tengah adalah lebih dahulu dominan dalam seni lukis. Hal ini merupakan kebahagiaan campiran daripada seni lukis Hindu dan Muslim.
Ø Pengembangan Literatur Bumiputra
Sewaktu ummat Islam menaklukan India dan menganggapnya sebagai tanah airnya, mereka menggunakan bahasa Persia. Hubungan sehar I-hari dengan penduduk asli setempat menyemikan bahasa baru yang kini dinamakan Urdu. Bahasa yang baru ini bersemi dan mekar mengiringi pengaruh umat Islam. Lambatlaun mencakup seluruh bagian daratan dan menjadi lingua franca India. Bahasa pribumi yang baru ini, yang menempati kedudukan bahasa-bahasa nasional, adalah buah hasil dari pada maju dan pulihnya keamanan dan ekonomi di bawah kekuasaan ummat Islam di India.
SIMPULAN
India adalah negeri yang memiliki wilayah yang luas dan terdiri atas banyak bangsa, bahasa, dan agama. Penguasa muslim India telah melakukan kesalahan yang besar. Tetapi, kaum muslimin India tetap membela kehormatan mereka sampai hari ini.
Pada abad ke III sebelum Masehi, selama awal abad Budha, India mengadakan hubunga akrab dengan dunia Asia lainnya. Kedudukan yang syah kerajaan Muslim di bagian daratan ini mengalami perobahan beberapa kali.
Penguasa Ghaznawiyah yang terkenal adalah Sultan Mahmud yang telah menyarang India sebanyak 17 kali, yang semua di menangkannya. Setelah itu India tunduk kepada pemerintahan al-Ghawriyah pada masa antara tahun 582-602 H/ 1186-1205 M.
PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharap kritik yang membangun makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Usairi, Ahmad, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Jakarta: Akbar Media, 2009.
Siddiq Amir Hasan, Studies In Islam History, Bandung: PT.Ama’arif, 1985.
Yatim Badri, Sejarah Peradaban Isl [1] M. Mujeeb, The Indian Muslims (New Delhi : Munshiram Manoharlal, 1967), hlm. 27., JC. Price Powell, A History of India ( London : Thomas Nelson & Sons Ltd, 1955), hlm.1.
[3] Aziz Ahmad, Studies in Islamic Culture in The Indian Environment (Oxford: Clarendon Press, 1964), hlm. 3.
[4] Mabel Duff, The Chronology of India: From The Earliest Times to The Beginning of The Sixteenth Century (Whitehall Garden: Archibeld Constable and Co., 1899), hlm. 60.
[5] S.M Ikram, Muslim Civilization in India . Edited by Ainslie T. Embre (New York: Columbia University Press, 1964), hlm. 6-7. Sebab-sebab penaklukan Sind dapat dicatat sebagai berikut: 1). Dahir mengirimkan sejumlah besar tentara untuk membantu raja Persia dalam perang Arab-Persia, 2). Dahir menolak untuk mengembalikan para pembangkang (lawan politik Umayyah yang lari dari kejaran Hajjaj ke Sind ), 3). Kondisi politik dalam negeri yang lemah. Untuk lebih jelas tentang motif penaklukan Sind lihat M. Abdul Karim, “Kontribusi Muhammad bin Qasim dalam Penaklukan Sind” dalam Thaqafiyat vol 2 no. 2 tahun 2001, hlm. 118-126.
[6] Karim, “Kontribusi”, Thaqafiyat, hlm. 129.
[7] Para ahli sejarah terbagi menjadi dua kelompok tentang kematian Bin Qasim. Satu kelompok menyatakan bahwa Sulaiman, pengganti al Walid sangat dendam kepada Hajjaj yang semasa hidupnya meminta al Walid agar membatalkan Sulaiman menjadi putera mahkota. Sementara itu Bin Qasim adalah orang Hajjaj, sehingga Sulaiman menaruh dendam kepadanya. Kelompok lain berpendapat bahwa Bin Qasim difitnah menodai dua anak perempuan Raja Dahir, Surya Bala Devi dan Parmal Bala Devi. Maka khalifah sangat marah dan memanggil pulang Bin Qasim. K. Ali, History of India , Pakistan , and Bangladesh (Dhaka: Ali Publication, 1980), hlm. 13. Para sejarawan modern berpendapat bahwa kematian Bin Qasim karena ditawan dan disiksa sampai meninggal di Iraq . Karim,”Kontribusi”, hlm. 133.
[8] M.Abdul Karim, “Peradaban Islam di Anak Benua India”
[9] Ahmad Usairy, Sejarah Islam. Hal331
[10] M. J.J. Saunders, A History of Medieval Islam (London: Routledge and Kegan Paul, 1983), hlm. 143., dan Ikram, Muslim, hlm. 23, juga W.H.Hutton, History of India from the Earliest Times to the Present Day (London : Society for Promoting Christian Knowledge, 1917), hlm. 47-48.
[11]Ahmad Usairy, Sejarah Islam. Hal331
[12] Sir William W. Hunter, A Brief History of The Indian Peoples (Oxford: Claderon Press, 1893), hlm.144.
[13] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam.
[14] Quthbuddin Aibak mengawali kehidupannya sebagai seorang budak Turki pedagang kaya di Nishapur. Majikannya tersebut mengetahui bakat luar biasa darinya, kemudian mengirimnya belajar ke sekolah. Setelah kematian saudagar itu, Quthbuddin jatuh ke tangan Muhammad Ghuri. Aibak tumbuh menjadi budak kesayangan tuan barunya, sehingga dipercaya menjadi jendral dan penasehat pribadi. Sebagai penghargaan atas jasanya tersebut Muhammad Ghuri memberi gelar Quthbuddin (polestar of faith) atau pedoman kebenaran. H.G Rawlinson, A Concise History of The Indian People (Oxford : Oxford University Press, 1956), hlm.124.
[15] Pada saat Khalifah Abbasiyah memisahkan diri ke Baghdad , Mamluk memperoleh kekuatan politik di Wilayah Barat, yaitu Mesir, dan wilayah Timur, di India. Mamluk berasal dari para budak yang berhasil mengembangkan kekuasaanya karena bakat ketrampilan mereka sebagai pejuang dan administrator. Masdudul Hasan, A History of Islam Vol II (Delhi : Adam Publisher& Distributor. 1993), hlm.38.
[16] Iltutmish disebut juga Altamsh. Ia mendapat gelar Shamsuddin " the sun of relegion "(cahaya agama). Smith, The Oxford, hlm.225.
[17]Ali, History, hlm. 49-50.
[18] Vincent. A Smith, C.I.E, The Oxford History Of India From The Earliest Times To The End of 1911 (Oxford: Claderon Press,1921), hlm. 221.
[21]Ambisi terbesarnya adalah ingin menguasi seluruh dunia seperti Alexander Agung. Majmudar, ett.all, An Advanced History Of India, (London: MacMillan & Co., 1948)
[22]Sir William W. Hunter, A Brief History of The Indian Peoples ( Oxford : Claderon Press, 1893), hlm. 124.
[23]Dalam sejarah muslim ia sering disebut sebagai aristoteles II, karean pemikirannya yang jauh kedepan, bahkan sering merupakan peristiwa yang sudah melampaui zamannya. Maryam, Lapius, hlm. 210.
[25]Ia ahli dalam logika, astronomi, filsafat, matematika, ilmu kedokteran, Ilmu alam, pertanian, kaligrafi,. penulis, dialektika, agama, sastra. Ia sering disebut-sebut sebagai Aristoteles II. Ia banyak mempelajari ajaran filosofi para sufi meminta para ulama untuk pindah ke Daulatabad agar mereka mendapat perlindungan. M. Abdul Karim, Peradaban Islam di Anak Benua India , dalam Siti Maryam, Sejarah, hlm. 201.
[26]Masdudul Hasan, History of Islam Classical Periode (Dehi : Adam Publisher& Distrbuor, 1991), hlm. 70.
[27] Ahmad Usairy, Sejarah Islam. Hal331
[28]Dinasti ini adalah satu-satunya Kesultanan Delhi yang berasal dari Pathan sebutan lain untuk bangsa Afghan. Sheikh Mohd. Iqbal, The Mission Islam, terjemahan Sumarno, Misi Islam, (Jakarta: Gunung Jati, 1993), hlm .64.
[29] Disebut juga Mongol, yang secara nyata berhubungan dengan keturunan Turki yang bernama Changtay, anak kedua Chingiz Khan, pemimpin Mongol yang terkenal, memasuki Asia Tengah dan Turkistan. R.C Majumdar,at all, An Advance History of India , part II, (London : MacMillan and Co. Limmited, 1951), hlm. 425.
No comments:
Post a Comment