Wednesday, May 15, 2013

MAKALAH TENTANG MACAM - MACAM DOSA BESAR



I.      PENDAHULUAN
            Di dalam ajaran islam, dikenal adanya dosa besar dan dosa kecil. Namun tidak didapati dalam Al-qur’an dan hadits tentang kesalahan apa saja yang dapat dikategorikan dosa besar dan dosa kecil. Hadits yang merupakan sumber hukum kedua setelah Al-qur’an, sebagaimana fungsi hadits diantaranya sebagai penjelas Al-qur’an, tidak menjelaskan semua itu. Justru yang terungkap hanya dosa-dosa yang paling besar diantara dosa-dosa besar.
            Kita sebagai manusia pastilah pernah melakukan kesalahan dan dosa, maka segeralah melakukan taubat, karena Allah SWT senantiasa bersedia memberi ampunan setiap waktu dan menerima taubat setiap saat.
            Untuk itu dalam makalah ini kami akan mencoba memaparkan apa saja hadits tentang dosa besar dan taubat serta sedikit penjelasan tentang apa itu dosa besar dan taubat.


II.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana lafal hadist tentang menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, membunuh tanpa alasan yang dibenarkan dan saksi palsu? Bagaimana profil para perawinya dan apa hadits perbandingannya?
2.      Bagaimana lafal hadist tentang tujuh macam dosa besar, profil perawinya, dan seperti apa hadits pembandingnya?
3.      Bagaimana lafal hadist tentang beristighfar 100 kali sehari, profil perawinya, dan seperti apa hadits pembandingnya?
4.      Bagaimana lafal hadits tentang Allah bergembira terhadap hamba-Nya yang bertaubat? Bagaimana profil perawinya dan apa hadits perbandingannya?
5.      Bagaimana lafal hadist tentang taubat yang terlambat, profil perawinya, dan seperti apa hadits pembandingnya?
6.      Apa pengertian dari dosa besar dan taubat?
III.     PEMBAHASAN
1.    Hadist tentang menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh tanpa alasan yang dibenarkan, dan saksi palsu
a.    Lafal hadist  Anas tentang menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, membunuh tanpa alasan yang dibenarkan, dan saksi palsu

عَن أَنَسٍ رَضِيَ الله عَنه قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْكَبَائِر قَالَ الاشْرَاكُ بِاللهِ وَ عُقُوقُ الْوَلِدَيْنِ وَ قَتْلُ النَّفْسِ وَ شَهَادَةُ الزُّورِ
Artinya : “Dari Anas radliallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang kaba'ir (dosa-dosa besar). Maka Beliau bersabda: "Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orangtua, membunuh orang dan bersumpah palsu".[1]
 
 
Profil para perawi :
1.      Anas bin Malik bin An Nadlir bin Dlamdlom bin Zaid bin Haram
Berasal dari kalangan shahabat, nama kuniyahnya Abu hamzah, hidup di Bashrah, wafat pada tahun 91 H.
2.      Ubaidullah bin Abi Bakar bin Anas bi Malik
Berasal dari kalangan Tabi'in kalangan biasa, nama kuniyahnya Abu Mu'adz, hidup di Bashrah.
Komentar ulama (Ibnu hajar, Abu daud) : tsiqah
3.      Syu'bah bin Al Hajjaj bin Al Warad
Berasal dari kalangan Tabi’in tabi’ut kalangan tua, nama kuniyahnya Abu Bistham, hidup di Bashrah, wafat tahun 160 H.
Komentar ulama (Abu daud) : tidak ada seorangpun yang lebih baik haditsnya daripadanya.
 
4.      Wahab bin Jarir bin Hazim
Berasal dari kalangan Tabi’in tabi’ut kalangan biasa, nama kuniyahnya Abu Al ‘abbas, hidup di Bashrah, wafat tahun 206 H.
Komentar ulama (Yahya bin ma’in) : tsiqah
5.      Abdullah bin Munir
Berasal dari kalangan Tabi'ul Atba' kalangan pertengahan, nama kuniyahnya Abu 'Abdur Rahman, hidup di Himsh, wafat tahun 243 H.
Komentar ulama (Ibnu hajar) : tsiqah ahli ibadah


b.      Hadits perbandingannya pada shahih muslim no 127[2]
و حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ حَبِيبٍ الْحَارِثِيُّ حَدَّثَنَا خَالِدٌ وَهُوَ ابْنُ الْحَارِثِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي بَكْرٍ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْكَبَائِرِ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَقَوْلُ الزُّورِ

            Artinya : “Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Habib al-Haritsi telah menceritakan kepada kami Khalid -yaitu Ibnu al-Harits- telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah mengabarkan kepada kami Ubaidullah bin Abu Bakar dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang dosa besar, beliau bersabda: "Syirik kepada Allah, durhaka terhadap orang tua, membunuh jiwa dan berkata dengan kata-kata palsu."


Profil para perawi :
1.      Anas bin Malik bin An Nadlir bin Dlamdlom bin Zaid bin Haram
Berasal dari kalangan shahabat, nama kuniyahnya Abu hamzah, hidup di Bashrah, wafat pada tahun 91 H.
2.      Ubaidullah bin Abi Bakar bin Anas bi Malik
Berasal dari kalangan Tabi'in kalangan biasa, nama kuniyahnya Abu Mu'adz, hidup di Bashrah.
Komentar ulama (Ibnu hajar, Abu daud) : tsiqah
3.      Syu'bah bin Al Hajjaj bin Al Warad
Berasal dari kalangan Tabi’in tabi’ut kalangan tua, nama kuniyahnya Abu Bistham, hidup di Bashrah, wafat tahun 160 H.
Komentar ulama (Abu daud) : tidak ada seorangpun yang lebih baik haditsnya daripadanya.
4.      Khalid bin Al Harits
Berasal dari kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan, nama kuniyahnya Abu ‘utsman, hidup di Bashrah, wafat tahun 186 H.
Komentar ulama (Abu hatim) : Imam tsiqah
5.      Yahya bin Habib bin 'Arabiy
Berasal dari kalangan Tabi’ul atba’ kalangan tua, nama kuniyahnya Abu Zakariya’, hidup di Bashrah, wafat tahun 248 H.
Komentar ulama (Maslamah bin qasim) : tsiqah


2.      Hadits tentang tujuh macam dosa besar
a.       Lafal hadits tentang tujuh macam dosa besar
عَن أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنه عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُو بِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولُاللهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلا بِالْحَق وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيْمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلاَتِ
Artinya : ” Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan". Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah itu? Beliau bersabda: "Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan haq, memakan riba, makan harta anak yatim, kabur dari medan peperangan dan menuduh seorang wanita mu'min yang suci berbuat zina ".[3]

Profil para perawi :
1.      Abdur Rahman bin Shakhr
Berasal dari kalangan shahabat, nama kuniyahnya  Abu Hurair, hidup di Madinah, wafat pada tahun 57 H.
Komentar ulama (Ibnu Hajar al ‘Asqalani) : shahabat.
2.      Salim Maula Ibnu Muthi'
Berasal dari Tabi'in kalangan pertengahan, nama kuniyahnya Abu Al Ghait, hidup di Madinah.
Komentar ulama (Yahya bin ma’in, At tirmidzi, An nasa’i) : Tsiqah.
3.      Tsaur bin Zaid
Berasal dari kalangan Tabi’in, hidup di Madinah, wafat tahun 135 H.
Komentar ulama (Ahmad bin Hambal, Abu hatim) : shalihul hadits.
4.      Sulaiman bin Bilal
Berasal dari kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan, nama kuniyahnya Abu Muhammad, hidup di Madinah, wafat tahun 172 H.
Komentar ulama (Yahya bin ma’in, An nasa’i, Ibnu ‘adi) : Tsiqah.
5.      Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Yahya bin 'Amru bin Uwais
Berasal dari kalangan Tabi'ul Atba' kalangan tua, nama kuniyahnya Abu Al Qasim, hidup di Madinah.
Komentar ulama (Ibnu hibban dan Ya’kub bin syaibah) : Tsiqah.
b.      Hadits perbandingannya pada shahih muslim no 129[4]
حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ عَنْ ثَوْرِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَبِي الْغَيْثِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَأَكْلُ الرِّبَا وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصِنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ
Artinya : “ Telah menceritakan kepadaku Harun bin Sa'id al-Aili telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahab dia berkata, telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal dari Tsaur bin Zaid dari Abu al-Ghaits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hendaklah kalian menghindari tujuh dosa yang dapat menyebabkan kebinasaan." Dikatakan kepada beliau, "Apakah ketujuh dosa itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Dosa menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali dengan haq, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan pertempuran, dan menuduh wanita mukminah baik-baik berbuat zina."

Profil para perawinya :
1.      Abdur Rahman bin Shakhr
Dari kalangan shahabat, nama kuniyahnya Abu Hurairah, hidup di Madina, wafat tahun 57 H.
Komentar ulama (Ibnu Hajar al ‘Asqalani) : shahabat


2.      Salim Maula Ibnu Muthi'
Berasal dari Tabi'in kalangan pertengahan, nama kuniyahnya Abu Al Ghait, hidup di Madinah.
Komentar ulama (Yahya bin ma’in, At tirmidzi, An nasa’i) : Tsiqah.
3.      Tsaur bin Zaid
Berasal dari kalangan Tabi’in, hidup di Madinah, wafat tahun 135 H.
Komentar ulama (Ahmad bin Hambal, Abu hatim) : shalihul hadits.
4.      Sulaiman bin Bilal
Berasal dari kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan, nama kuniyahnya Abu Muhammad, hidup di Madinah, wafat tahun 172 H.
Komentar ulama (Yahya bin ma’in, An nasa’i, Ibnu ‘adi) : Tsiqah.
5.      Abdullah bin Wahab bin Muslim
Berasal dari kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa, nama kuniyahnya Abu Muhammad, hidup di Maru, wafat tahun 197 H.
Komentar ulama (Yahya bin ma’in, Al ‘ajli) : Tsiqah
6.      Harun bin Sa'id bin Al Haitsam
Berasal dari kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan tua, nama kuniyahnya Abu Ja'far,  hidup di Maru, wafat tahun 253 H.
Komentar ulama (Adz dzahabi) : Tsiqah, faqih

3.      Hadist tentang beristighfar 100 kali sehari
a.       Lafal hadist tentang beristighfar 100 kali sehari
عَنْ أبِي بُرْدَةَ عَنْ رَجُلٍ مِنَ الْمُهَاجِرِيْنَ يَقُولُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ فَإِنِّي أَتُوبُ إِلَى اللهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ فِي كُلِّ يَومٍ مِائَةَ مَرَّةٍ أَوْ أَكْثَرَ مِن مِائَةِ مَرَّةٍ
Artinya : “Dari Abu Burdah dari seorang laki-laki Muhajirin ia berkata, "Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai sekalian manusia, bertaubatlah dan beristighfarlah kepada Allah. Sesungguhnya aku bertaubat dan beristighfar kepada-Nya seratus kali setiap hari, atau lebih dari it.".[5]

Profil para perawi :
1.      Namanya tidak diketahui (Laki-laki muhajirin)
2.      Amir bin 'Abdullah bin Qais
Berasal dari kalangan Tabi'in kalangan pertengahan, nama kuniyahnya Abu Burdah, hidup di Kufah, wafat tahun 104 H.
Komentar ulama (Ibnu sa’d dan Yahya bin ma’in) : Tsiqah
3.      Humaid bin Hilal bin Hubairah
Berasal dari kalangan Tabi'in kalangan pertengahan, nama kuniyahnya Abu Nashr, hidup di Bashrah.
Komentar ulama (An nasa’i) : Tsiqah
4.      Ayyub bin Abi Tamimah Kaysan
Berasal dari kalangan Tabi'in kalangan biasa, nama kuniyahnya Abu Bakar, hidup di Bashrah, wafat tahun 131 H.
Komentar ulama (Yahya bin ma’in, An nasa’i) : Tsiqah
5.      Mu'tamir bin Sulaiman bin Thurkhan
Berasal dari kalangan Tabi'in kalangan pertengahan, nama kuniyahnya Abu Muhammad, hidup di Bashrah, wafat tahun 187 H.
Komentar ulama (Ibnu sa’d) : Tsiqah

b.      Hadits perbandingannya
Tidak ada hadits pembanding untuk hadits mengenai beristighfar 100 kali sehari.[6]

4.      Hadits tentang Allah gembira terhadap hamba-Nya yang bertaubat
a.       Lafal hadits tentang Allah gembira terhadap hamba-Nya yang bertaubat
عَن أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنَّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حَيْثُ يَذْ كُرُوْنِي وَاللهِ لَلهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ يَجِدُ ضَالَّتْهُ بِالْفَلاَةِ وَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّذِرَاعًاتَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِذَا أَقْبَلَ إِلَيَّ يَمْشِي أَقْبَلْتُ إِلَيْهِ أُهَرْوِلُ
Artinya : “Dari abu hurairah dari rasulullah shallahu alaihi wasallam beliau bersabda : “allah taala berfirman : aku bersama persangkaan hambaku kepadaku, dan aku bersamanya ketika dia mengingatku. Demi allah, allah ta’ala sangat gembira menerima taubat sesorang kamu, melebihi kegembiraan seseorang yang menemukan kembali barangnya yang hilang di suatu tempat yang luas. Barang siapa mendekat kepadaku sejengkal, maka aku akan mendekat kepadanya sehasta. Apabila ia mendekat kepadaku sehasta, maka aku akan mendekat kepadanya sedepa. Apabila ia datang kepadaku dengan berjalan, maka aku akan datang kepadanya dengan berlari”.[7]

Profil para perawi :
1.      Abdur Rahman bin Shakhr
Berasal dari kalangan shahabat, nama kuniyahnya  Abu Hurairah, hidup di Madinah, wafat tahun 57 H.
Komentar ulama (Ibnu Hajar al ‘Asqalani) : shahabat


2.      Dzakwan
Berasal dari kalangan Tabi’in kalangan pertengahan, nama kuniyahnya  Abu Shalih, hidup di Madinah, wafat tahun 101 H.
Komentar ulama (Abu Zur’ah) : mustaqiimul hadits, (Adz Dzahabi) : termasuk dari imam-imam tsiqah
3.      Zaid bin aslam
Berasal dari kalangan Tabi’in kalangan pertengahan, nama kuniyahnya  Abu Usamah,  hidup di Madinah,  wafat tahun 136 H.
Komentar ulama (Abu Hatim Ar rozy, Abu Zur’ah Arrazy) : tsiqah
4.      Hafsh bin Maysarah
Berasal dari kalangan Tabi’in kalangan pertengahan, nama kuniyahnya  Abu ‘Umar, hidup di Syam,  wafat tahun 181 H.
Komentar ulama (Abu Hatim) : shalihul hadits
5.      Suwaid bin Sa'id bin Sahal
Berasal dari kalangan Tabi'ul Atba' kalangan tua, nama kuniyahnya Abu Muhammad, hidup di Haditsah, wafat tahun 240 H.
Komentar ulama (Al ‘ajli, Maslamah bin qasim) : tsiqah



b.      Hadits perbandingannya pada sunan tirmidzi no 2310[8]
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ بُرْقَانَ عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْأَصَمِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِي
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib telah menceritakan kepada kami Waki' dari Ja'far bin Burqan dari Yazid bin Al Asham dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Allah berfirman: Aku berada pada prasangka hamba-Ku terhadapKu dan Aku bersamanya bila ia menyeruKu." Berkata Abu Isa: Hadits ini hasan shahih.

Profil para perawi :
1.      Abdur Rahman bin Shakhr
Berasal dari kalangan shahabat, nama kuniyahnya  Abu Hurairah, hidup di Madinah, wafat tahun 57 H.
Komentar ulama (Ibnu Hajar al ‘Asqalani) : shahabat
2.      Yazid bin Al Ashamm bin 'Ubaid
Berasal dari kalangan Tabi'in kalangan pertengahan, nama kuniyahnya Abu 'Auf, hidup di Kufah, wafat tahun 103 H.
Komentar ulama (Al ‘ajli, An nasa’i, Abu zur’ah) : tsiqah
3.      Ja'far bin Burqan
Berasal dari kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan tua, nama kuniyahnya Abu 'Abdullah, hidup di Jazirah, wafat tahun 150 H.
Komentar ulama (Ya’qub bin sufyan) : tsiqah
4.      Waki' bin Al Jarrah bin Malih
Berasal dari kalangan Tabi'in kalangan biasa, nama kuniyahnya  Abu Sufyan, hidup di Kufah, wafat tahun 196 H.
Komentar ulama (Al ‘ajli) : tsiqah
5.      Muhammad bin Al 'Alaa' bin Kuraib
Berasal dari kalangan Tabi'ul Atba' kalangan tua, nama kuniyahnya Abu Kuraib, hidup di Kufah, wafat tahun 248 H.
Komentar ulama (Maslamah bin qasim) : tsiqah


5. Hadits tentang taubat yang terlambat
a. Lafal hadits tentang taubat yang terlambat

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغِرْ

Artinya : “Dari Abdullah bin Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah 'azza wajalla akan menerima taubat seorang hamba, selagi ia belum sakaratul maut."[9]
 

Profil para perawi :
1.       Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash bin Wa'il
Berasal dari kalangan shahabat, nama kuniyahnya Abu Muhammad, hidup di Maru, wafat tahun 63 H.
Komentar ulama (Ibnu Hajar Al Atsqalani, Adz dzahabi) : shahabat
2.       Jubair bin Nufair bin Malik
Berasal dari kalangan Tabi'in kalangan tua, nama kuniyahnya Abu 'Abdur Rahman, hidup di Syam, wafat tahun 80 H.
Komentar ulama (Abu zur’ah, Abu hatim) : tsiqah
3.       Makhul
Berasal dari kalangan Tabi'ul Atba' kalangan biasa, nama kuniyahnya Abu 'Abdullah, hidup di Syam, wafat tahun 113 H.
Komentar ulama (Al ‘ajli) : tsiqah


4.       Tsabit bin Tsauban
Berasal dari kalangan Tabi'in, nama kuniyahnya Abu 'Abdur Rahman, hidup di Syam.
Komentar ulama (Abu hatim ar rozy) : tsiqah
5.       Abdur Rahman bin Tsabit bin Tsauban
Berasal dari kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan tua, nama kuniyahnya Abu 'Abdullah, hidup di Dujail, wafat tahun 165 H.
Komentar ulama (Dahim, Abu hatim) : tsiqah

6.       Al Walid bin Muslim
Berasal dari kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan, nama kuniyahnya Abu Al 'Abbas, hidup di Syam, wafat tahun 195 H.
Komentar ulama (Ibnu hajar) : tsiqah
7.       Raosyid bin Sa'id bin Rasyid
Berasal dari kalangan Tabi'ul Atba' kalangan tua, nama kuniyahnya Abu Bakar,  hidup di Syam, wafat tahun 243 H.

b . Hadits perbandingannya pada musnad ahmad no 5885[10]

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَيَّاشٍ وَعِصَامُ بْنُ خَالِدٍ قَالَا حَدَّثَنَا ابْنُ ثَوْبَانَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ مَكْحُولٍ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ عَنِ ابْنِ عُمَرعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِر
 
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Ali bin Ayyas dan Isham bin Khalid keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Tsauban dari bapaknya, dari Makhul dari Jubair bin Nufair dari Ibnu Umar, dari Nabi Shallallahu'alaihi wasallam, beliau bersabda: " Allah Ta'ala masih menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum sampai di tenggorokan."

Profil para perawi :
1.              Abdullah bin 'Umar bin Al Khaththab bin Nufail
Berasal dari kalangan shahabat, nama kuniyahnya  Abu 'Abdur Rahman, hidup diMadinah, wafat tahun 73 H.
Komentar ulama (Ibnu hajar al atsqalani) : shahabat
2.       Jubair bin Nufair bin Malik
Berasal dari kalangan Tabi'in kalangan tua, nama kuniyahnya Abu 'Abdur Rahman, hidup di Syam, wafat tahun 80 H.
Komentar ulama (Abu zur’ah, Abu hatim) : tsiqah
3.       Makhul
      Berasal dari kalangan Tabi'ul Atba' kalangan biasa, nama kuniyahnya Abu 'Abdullah, hidup di Syam, wafat tahun 113 H.
      Komentar ulama (Al ‘ajli) : tsiqah
4.       Tsabit bin Tsauban
      Berasal dari kalangan Tabi'in, nama kuniyahnya Abu 'Abdur Rahman, hidup di Syam.
      Komentar ulama (Abu hatim ar rozy) : tsiqah
5.       Abdur Rahman bin Tsabit bin Tsauban
      Berasal dari kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan tua, nama kuniyahnya Abu 'Abdullah, hidup di Dujail, wafat tahun 165 H.
      Komentar ulama (Dahim, Abu hatim) : tsiqah
6.       Ali bin 'Ayyasy bin Muslim
Berasal dari kalangan Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa, nama kuniyahnya  Abu Al Hasan, hidup di Syam, wafat tahun 219 H.
Komentar ulama (An nasa’i, Al ‘ajli) : tsiqah
6 . Pengertian Dosa Besar dan Taubat
a.       Dosa Besar
Kata dosa besar terdiri dari dua kata yaitu: dosa dan besar. Dosa adalah perbuatan yang melanggar hukum tuhan atau agama.[11]Sedangkan besar adalah lebih dari ukuran sedang (tinggi, luas, lebar, banyak, hebat, kuasa, mulia, dsb).[12]Namun kata besar disini jika di hubungkan dengan kata dosa  maka dapat diartikan dosa yang mengenai perkara yang besar (berat). Jadi dosa besar adalah perbuatan yang melanggar hukum tuhan atau agama yang berkaitan dengan perkara yang besar (berat).
b.      Taubat
Kata taubat yang sudah menjadi kosakata dalam bahasa Indonesia berasal dari kata bahasa arab. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI), kata “taubat” memiliki dua pengertian. Pertama, taubat berarti sadar dan menyasali dosanya (perbuatan salah atau jahat) dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatannya. Kedua, kata taubat berarti kembali kepada agama (jalan) yang benar.[13]Maka, bertaubat dapat diartikan sebagai menyadari, menyesali, memperbaiki (perbuatan yang salah) dan kembali kepada jalan yang benar.
Dalam bahasa arab, kata Taubat menurut bahasa berasal dari kata (Tâba- Yatûbu-Taubatan) yang artinya kembali. Secara istilah taubat  berarti kembali kepada jalan yang benar dengan melepaskan segala ikatan penyimpangan yang pernah dilakukan, kemudian bertekad untuk melaksanakan semua hak-hak allah swt. Hakikat taubat yaitu menyesal terhadap apa yang telah terjadi, meninggalkan perbuatan tersebut saat ini juga, dan ber-azam yang kuat untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut dimasa yang akan datang.
7.       PENJELASAN HADITS
1.      Menyekutukan Allah, Durhaka terhadap kedua orang tua, membunuh tanpa alasan yang dibenarkan dan saksi palsu.
a.       Adapun dosa yang paling besar adalah menyekutukan Allah dengan sesuatu. Dosa tersebut yaitu menyamakan sesuatu dengan Allah.
b.      Durhaka kepada orang tua adalah dosa besar yang sangat dibenci Allah. Sehingga azabnya disegerakan Allah di dunia ini.
c.       Membunuh tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariat maka Allah tidak mau menerima taubatnya. Sehingga apabila orang mukmin ada yang berkelahi keduanya masuk neraka baik yang membunuh ataupun yang terbunuh karena seharusnya orang mukmin menjaga persaudaraan sesamanya.
d.      Kesaksian palsu termasuk dosa besar. Allah akan memasukannya ke neraka, kecuali jika dia bertaubat dan menyesali perbuatannya serta tidak mengulanginya.
2.      Tujuh macam dosa besar
a.       Syirik (Menyekutukan Allah)
b.      Sihir : menciptakan suatu ilusi yang seolah olah nyata, tapi sebenarnya tidak nyata.
c.       Membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali karena haq
d.      Makan riba : riba yaitu utang piutang atau pinjam meminjam barang yang disertai dengan tambahan bunga.
e.       Makan harta anak yatim : orang yang memakan harta anak yatim dengan kejam, maka sesungguhnya di telah memasukkan api kedalam perutnya.
f.       Malarikan diri sewaktu jihad : orang ini akan mendapat kemurkaan dari Allah dan tempatnya adalah neraka jahannam.
g.      Menuduh zina wanita mukmin : orang yang melakukan penuduhan zina terhadap mukminat padahal mukminat itu tidak melakukan perzinaan maka akan mendapat kutukan di dunia maupun di akherat kelak, dan akan mendapat siksa pedih.
3.      Beristighfar 100 kali sehari
Sebagai manusia kita pasti melakukan kesalahan, maka dari itu hendaklah intropeksi diri. Minta ampun kepada Allah atas segala kesalahan dengan beristighfar minimal 100 kali sehari.
4.      Allah gembira terhadap hamba yang bertaubat
            Taubat berakar dari akar taba yang berarti kembali. Orang yang bertaubat kepada Allah adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu. Kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang diridloi-Nya, dan kembali taat setelah menentang-Nya dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.
5.      Taubat yang terlambat
Tidak ada istilah terlambat untuk kembali kepada jalan kebenaran, kecuali kalau nyawa sudah di tenggorokan atau matahari sudah terbit dari barat, pintu taubat memang sudah tertutup. Maka bertaubatlah sebelum maut menjemput kita.


IV.       PENUTUP
1)      Dosa-dosa besar merupakan segala larangan yang berasal dari Allah maupun Rosul-Nya. Dosa besar diantaranya syirik, durhaka terhadap kedua orang tua, membunuh jiwa tanpa hak, saksi palsu, sihir, membunuh mukminat berzina, harta riba,lari dari medan perang, berzina dengan istri tetangganya dan lainnya.
2)      Kita harus selalu mengintropeksi diri kita dan selalu memohon ampun kepada Allah setiap harinya dengan beristighfar minimal 100 kali sehari.
3)      Taubat berakar dari akar tabayang berarti kembali. Orang yang bertaubat kepada Allah adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu. Kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang diridloi-Nya, dan kembali taat setelah menentang-Nya dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.


            Demikian makalah ini kami buat, kami sadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami mohon maaf atas segala kekurangannya. Kami mohon saran dan kritik demi sebuah kesempurnaan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.










DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Imam Hafidz bin Ali bin Hajar, fathul Bari Juz 5, syarah shahih Al-Bukhori,   Darul fikri.
Nawawi, Imam, terjemah Riyadhus Sholihin 2, Jakarta : Pustaka Amani, 1999.
Zakaria, Imam Abu. terjemahan Riyadhus Sholihin,Jakarta: Pustaka Amani, 1999.
Imam Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim juz II, Lebanon: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2008.
Abidin, Munirul. 2006. Syarah Riyadhus Shalihin (Jilid 1), Jakarta: PT. Darul Falah
Penyusun, Tim. 2008. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Pusat Bahasa Depdiknas
http://lidwapusaka.com/app diakses tgl. 24Maret 2013 pukul. 18: 45
http://125.164.221.44/hadisonline/hadis9/diakses tgl. 26 Maret 2013 pukul 19: 07









                                                                                   


[1] Imam Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar, fathul Bari Juz 5, syarah shahih Al-Bukhori (ttp: Darul fikri, tth), hlm.261.
[2]http://lidwapusaka.com/apptgl. 24Maret 2013 pukul. 18: 50

[3] Imam Nawawi, terjemah Riyadhus Sholihin 2, (Jakarta : Pustaka Amani, cet IV, 1999), hlm. 592.
[4]http://lidwapusaka.com/apptgl. 24Maret 2013 pukul. 18: 58

[5] Imam Abu Zakaria, terjemahan Riyadhus Sholihin, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), hlm.15.
[6]http://lidwapusaka.com/apptgl. 24Maret 2013 pukul. 19: 13

[7] Imam Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim juz II, (Lebanon: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2008),hlm. 517.
[8]http://lidwapusaka.com/apptgl. 24Maret 2013 pukul. 19: 30

[9] Imam Abu Zakaria, Terjemahan Riyadhus . . ., hlm. 19.
[10]http://lidwapusaka.com/app tgl. 24Maret 2013 pukul. 19: 47

[11] Tim penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa Depdiknas Hlm. 382
[12] Ibid hlm. 208
[13] Ibid hlm. 1390

No comments:

Post a Comment